Direct Investment di Serbia: Indofood Serius ingin Menguasai Pasar Eropa

Hey guys! It’s been long time since my last post. Haha

Tonight, I want to share you my personal notes from my previous class at International Business class. I will deliver the content and relate it with a very update issue..

a direct investment from PT Indofood Sukses Makmur at Serbia!

So, Jumat, 2 September 2016, merupakan hari yang penting bagi PT Indofood Sukses Makmur. Gimana nggak? Mereka mengambil sebuah langkah besar dan keputusan berani dengan membuka pabrik mie instan di Kota Indjija, sekitar 80 kilometer dari Ibu Kota negara Serbia, Beograddi. Sebagaimana dilansir oleh republika.co.id, upaya serius PT Indofood untuk menguasai pasar Eropa ini diresmikan oleh Presiden Serbia, Tomislav Nikoli, dan didukung oleh KBRI Beograd.

cafe

Tomislav Nokolic (kanan), Presiden Serbia, hadir dalam peresmian. Image courtesy: LINE Official Account @faktual 

Kenapa gue katakan bahwa langkah Indofood ini adalah langkah berani? Karena based on materi yang gue dapet di kelas perdana mata kuliah Bisnis Internasional, yang dilakuin sama Indofood ini disebut dengan Direct Investment atau DI sob. Dan kita harus tahu bro, bahwa DI ini merupakan langkah Go international sebuah perusahaan dengan tingkat risiko (dan hopefully return) teramat tinggi.

Biasanya, kalau perusahaan mau mencoba go internasional, mereka akan mulai dengan expor-impor terlebih dahulu. Kita tentu tahu bahwa produk Indomie telah diekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, bahkan Jepang sejak jaman gue SD.

Jadi, gue pernah company visit ke salah satu pabrik Indomie di Jawa Timur pas jaman gue SD. Gue masih inget diajak muter-muter pabriknya hingga datanglah waktu makan siang. And.. you guess it right. Siangnya kami disuguhin makanan legendaris itu. Hahaha! Keberuntungan gue gak berhenti disana. Gue dengan perasaan tanpa dosa mengangkat tangan dan bertanya “Pak, Indomie ini kan sudah di ekspor. Saya pernah dengar ekspornya sampai Jepang (Ibu gue yang pernah ke Jepang bilang ke gue begitu). Apakah Indomie yang di Jepang dan Indonesia kualitasnya sama? Adakah perbedaannya?”  And you know what, setelah pertanyaan gue dijawab -intinya beda karena Jepang punya standar yang harus dipenuhi, gue dipanggil dan diberi parsel Indomie karena pertanyaan gue dinilai bagus. Wkwk

indomie-jepang

Foto Indomie di gerai Jepang yang entah ini ada di toko mana. Image courtesy: www.visualogy.net

Ekspor-impor ini risikonya rendah, sesimpel kita dagang dan barang bisa laku bisa nggak. Biaya tambahan yang muncul hanyalah bea ekspor maupun impor. Hal ini bahkan bisa disiasati jika kita menggunakan sistem jual preorder.  Kalau memang terjadi kerugian.. Yasudah. Lakukan evaluasi agar next time laku. #Ntap

Langkah kedua yang bisa dilakukan dengan risiko relatif rendah adalah licensing (lisensi) dan franchising (waralaba). Lisensi ini sesederhana kita membeli izin kepada pemilik brand atau nama produk untuk menggunakan/mendomplang nama atau brand tersebut.

Adapun waralaba, ia serupa dengan lisensi. Hanya saja, kita juga membeli pengetahuan tentang proses pembuatannya dan sistem operasionalnya. Secara ga langsung, kita juga harus memenuhi standar2 yang uda ditetapin nih sob -biar produk kita kualitasnya terjaga.

So, kalo one day lo mau produksi ‘“Indomie rasa yang pernah ada”, dengan brand ambassador mantan lo… lo harus beli lisensi Indomie dari Indofood ya. Wkwk

thumb_320_52da71489e1a2_52da71489f529

Chill bro! Cuma ilustrasi.. Image courtesy: static.pulsk.com

 

Btw, PT Indofood yang kita obrolin ini kita spesifikkan di produk Indomie aja ya guys? biar gampang. hehe

Cara ketiga adalah kontrak. Kontrak ini izin untuk melakukan kegiatan operasional di suatu negara. Well, sejujurnya gue sempat ragu apakah langkah Indofood ini kontrak atau DI. Tapi, tanda utama DI adalah kita sampai menyetorkan sejumlah dana besar untuk membuat pabrik disana. Kata Direct Investment sendiri merujuk pada investasi besar berupa pembangunan pabrik sebagaimana gue jelasin di awal. Contoh kontrak yang bisa dilakukan Indofood adalah memasok Indomie sebagai bahan baku salah satu restoran di sebuah negara.

Cara keempat adalah Global Strategic Alliance -sounds cool ya istilahnya. Disini, perusahaan bekerjasama dengan perusahaan asal negara lain untuk menciptakan atau mencapai satu target bersama yang saling menguntungkan. Umumnya, perusahaan melakukan ini dalam rangka mengambil atau memanfaatkan keahlian patner agar tidak perlu mengeluarkan uang untuk riset atau demi inovasi baru.

Untuk strategic alliance tingkat global, gue belum menemukan atau menyadari contoh tindakan Indofood khususnya di Indomie. Tapi di level lokal, produk di bawah ini merupakan bentuk strategic alliance:

chitato_2

Chitato rasa Indomie! Image Courtesy: food.detik.com

Okay, gue sadar bahwa inovasi rasa ini belum tentu layak disebut ‘strategic’. Stratejik sering kali dimaknai pada hal-hal yang memang sifatnya strategis dan amat impactful bagi perusahaan seperti teknik atau alat riset yang berbuah inovasi. Tapi dari sini terlihat bahwa pola kerjasama seperti ini bisa menjadi langkah bagi sebuah perusahaan untuk menginjakkan kaki di negeri luar.

Langkah kelima adalah representasi dan buka cabang. Well, ini biasanya dilakukan oleh perusahaan jasa. Buka cabang ini memang dilakukan untuk memudahkan konsumen mendapatkan pelayanan perusahaan secara fisik (tatap muka, pengaduan dan keluhan, dan lainnya). Adapun pembukaan cabang di negara lain bagi perusahaan yang menjual produk, sering kali berfungsi sebagai distributor resmi dan pelayanan konsumen.

So, setelah mengetahui lima cara untuk bisa go international, kini kita paham bahwa PT Indofood sebetulnya memiliki banyak opsi untuk masuk ke pasar mancanegara. Kenyataannya, Indofood telah melakukan upaya-upaya tersebut dan berhasil masuk ke pasar internasional. Hari ini, Indofood mengambil satu langkah besar untuk bisa masuk lebih dalam dan berupaya menguatkan diri di persaingan tingkat Eropa. Indofood melakukan Direct Investment (DI).

Kan cuma DI, apa istimewanya sih? Gini sob, perusahaan yang melakukan DI dapat dipastikan mengeluarkan dana yang amat banyak untuk mengurus pendirian perusahaan. Secara kasat mata, mendirikan bangunan, mengadakan barang, memproses sumber daya manusia -mencari, menyeleksi, melatih, dan menjaga tidaklah murah. Setelah pengucuran dana besar-besaran itu, risiko bisnis dari aspek geografis maupun sosiologis tentu terus ada -karena lingkungan tidak pernah diam. Menyadari tingginya risiko yang ada, DI merupakan pilihan yang hanya diambil sebuah perusahaan yang telah memiliki visi yang jelas dan kuat, pengalaman melimpah, dan tingkat kemahiran berstrategi yang tinggi.

Tantangan kedepan telah menanti Indofood. Sebagai perusahaan yang telah bersaing di tingkat global selama bertahun-tahun, Indofood tentu memiliki resep dan senjata rahasia yang telah disiapkan untuk memastikan pembukaan pabrik di Serbia merupakan investasi -dan bukan tindakan bunuh diri. Sama-sama kita nantikan kiprah sukses Indofood di pasar Eropa. Agar ia mengharumkan nama Indonesia dan membawa semangat keberanian bagi perusahaan Indonesia lainnya untuk terus berkembang ke level yang lebih tinggi.

Salute for Indofood, dan SEmangat! 🙂