بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
20 Juli 2012 – 1 Ramadan 1433 H
الْحَمْدُ لِلَهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Sebagaimana kebiasaan para ulama ketika menulis kitab, mereka meletakkan bab keikhlasan pada bab pertama untuk mengoreksi dan meluruskan niat mereka. Imam Bukhori meletakkan Hadits Umar bin Khattab mengenai amal tergantung niatnya sebagai hadits nomor 1 pada kitabnya ‘Shahiih Al Bukhori’. Penulis mencoba mencontoh kebiasaan para ulama terdahulu. Semoga niat ini senantiasa terjaga baik sebelum beramal, ketika beramal, dan juga setelahnya sampai meninggal dunia.
Oleh : Ust. Abdurrahman Thoyyib, Lc. (diambil dari kitab ‘Kitaabul Ikhlas’)
Secara singkat, ikhlas adalah memurnikan seluruh niat/tujuan seorang hamba dalam beribadah hanya untuk Allah Ta’ala semata. Dari definisi ini bisa juga kita katakan juga bahwa ikhlas itu : ibadah 100% untuk Allah, 0% lainnya (semua tujuan dan harapan selain pahala dan wajah Allah). Bukanlah disebut keikhlasan ketika meniatkan ibadah 80% untuk Allah 20% untuk urusan dunia.
Sebagaimana firman Allah “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS Al Bayyinah ayat 5)
Karena niat yang salah, amalan seseorang bisa tidak berarti (tidak berpahala) disisi Allah.
Dari Umar ibnu Khattab radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah -shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam- bersabda:
إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إلَى مَا هَاجَرَ إلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amalan hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa yang dia hijrah kepadanya” (HR. Bukhori)
2 Orang yang shalat berdampingan. Panjang rakaatnya sama. Bacaannya sama. Amalan sunnah dalam shalatnya sama. Namun pahalanya bisa jauh berbeda. Kenapa? Karena niatnya ! Keikhlasannya.
Rasulullah -shallallahu alaihi wa ala alihi wasallam- memperingatkan umat muslim bahwa niat ini adalah perkara yang besar. Bahkan amalan yang mampu membawa pelakunya menjadi ahli surga seperti Jihad fii sabilillah, Mempelajari agama Allah (Pembaca Al Qur’an), dan ringan tangan (dermawan) mampu menyeret pelakunya menjadi ahli neraka karena ia salah menempatkan niatnya.
Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata: Aku mendengar Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:
“Sesungguhnya manusia paling pertama yang akan dihisab urusannya pada hari kiamat adalah: Seorang lelaki yang mati syahid, lalu dia didatangkan lalu Allah membuat dia mengakui nikmat-nikmatNya dan diapun mengakuinya. Allah berfirman, “Lalu apa yang kamu perbuat padanya?” dia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku mati syahid.” Allah berfirman, “Kamu berdusta, akan tetapi sebenarnya kamu berperang agar kamu dikatakan pemberani, dan kamu telah dikatakan seperti itu (di dunia).” Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sampai dia dilemparkan masuk ke dalam neraka. Dan (orang kedua adalah) seseorang yang mempelajari ilmu (agama), mengajarkannya, dan dia membaca (menghafal) Al-Qur`an. Maka dia didatangkan lalu Allah membuat dia mengakui nikmat-nikmatNya dan diapun mengakuinya. Allah berfirman, “Lalu apa yang kamu perbuat padanya?” dia menjawab, “Aku mempelajari ilmu (agama), mengajarkannya, dan aku membaca Al-Qur`an karena-Mu.” Allah berfirman, “Kamu berdusta, akan tetapi sebenarnya kamu menuntut ilmu agar kamu dikatakan seorang alim dan kamu membaca Al-Qur`an agar dikatakan, “Dia adalah qari`,” dan kamu telah dikatakan seperti itu (di dunia).” Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sampai dia dilemparkan masuk ke dalam neraka. Dan (yang ketiga adalah) seseorang yang diberikan keluasan (harta) oleh Allah dan Dia memberikan kepadanya semua jenis harta. Maka dia didatangkan lalu Allah membuat dia mengakui nikmat-nikmatNya dan diapun mengakuinya. Allah berfirman, “Lalu apa yang kamu perbuat padanya?” dia menjawab, “Aku tidak menyisakan satu jalanpun yang Engkau senang kalau seseorang berinfak di situ kecuali aku berinfak di situ untuk-Mu.” Allah berfirman, “Kamu berdusta, akan tetapi sebenarnya kamu melakukan itu agar dikatakan, “Dia adalah orang yang dermawan,” dan kamu telah dikatakan seperti itu (di dunia).” Kemudian diperintahkan agar dia diseret di atas wajahnya sampai dia dilemparkan masuk ke dalam neraka.” (HR. Muslim mo. 1905)
hadits Abu Hurairah di atas dalah peringatan yang sangat keras bagi setiap orang yang memiliki ibadah yang besar lagi hebat -apalagi yang amalannya kecil-, jangan sampai niat mereka berpaling dari Allah kepada mengharapkan pujian dan sanjungan dari manusia.
Dan ini juga menjadi bukti nyata dari ucapan sebagian ulama, “Betapa banyak amalan besar dibuat kecil karena niatnya (yang salah) dan betapa banyak amalan kecil dibuat besar karena niatnya (yang baik).”
Hadits ini juga menunjukkan bahwa pelaku riya` dan sum’ah adalah makhluk pertama yang akan disiksa dan dilemparkan ke dalam neraka, bahkan mereka yang akan lebih dahulu di siksa daripada para penyembah berhala. Seorang syahid yang merasakan sakit dari tiap tebasan dan membiarkan tubuhnya dicabik-cabik lawan di medan jihad, seorang qari’ yang menghabiskan waktunya membaca dan mempelajari Al Qur’an, dan seorang yang rela menghabiskan harta yang telah dikumpulkannya untuk diberikan di jalan Allah adalah orang-orang yang harus diseret dan dilempar menuju neraka. Bahkan sebelum Abu Jahal, Abu Thalib, Fir’aun, Kharun. Dikarenakan satu hal. Yakni niat yang salah Na’udzubillah.
Apa yang dikira ikhlas padahal bukanlah keikhlasan :
– Seorang beribadah untuk mendapatkan bagian dari dunia. Tujuan mengajar atau belajar adalah untuk mengangkat kebodohan dari diri sendiri dan orang lain. *seorang yang mengajar karena hobi mengajar. Maka niatnya ini tercampur dengan urusan dunia. Bukan semata-mata karena Allah. Niat haruslah ikhlas 100% untuk Allah. Bukan 80 % Allah 20% dunia !
– Seseorang yang awalnya tidak suka dipuji. Namun SETELAH beribadah ia berfikir “wah, amal ku hari ini banyak sekali ya?” “Fulan, fulanah banyak banget ya yang memujiku” Maka ini bukan ikhlas !! ikhlas bukan hanya diawal. Namun juga sampai selesai ibadah, juga setelah ibadah, sampai kita meninggal dunia.
– Seseorang yang tidak mau ibadahnya diberi tahu, tidak memberi tahu, tapi memberi bekas ibadah. *habis tahajud. Dia gak bilang, tapi kemudian seseorang tanya “matamu kok basah?” ada perasaan senang padanya ketika ditanya demikian. Nah… ini penyakit !!
– Seseorang tidak menampakkan ibadahnya, namun berharap orang lain tahu. * sering mengaji dirumah, tidak pernah membaca di luar. Tapi hatinya berandai-andai “semoga saja ada yang tahu”
– Ingin semua orang hormat padanya, diberikan kelapangan oleh orang lain padanya. Berharap ada yang mau minggir di majlis ilmu kalau dia datang
– Seseorang yang terbiasa tahajud, lalu suatu saat ia bersama orang-orang. Shalat tahajudnya terasa lebih ringan disbanding ketika sendiri. Ketika ia keluar dari barak (umumnya tidur bersama disana) ia berharap ada yang tahu
– Merasa ujub. Merasa “Aku termasuk muttaqin” “Aku adalah orang yang sabar, peka, cerdik” dll.
– Seseorang yang diundang, bukan karena niat untuk memenuhi undangan ia datang. Ketika hendak berangkat, ia berpikir lagi “Orang ini kalau ngundang makanannya enak” Nah ini rusak.. Atau “kebetulan dirumah memang gak masak”
IBADAH DINIATKAN 100% UN TUK IBADAH ! UNTUK ALLAH !
0% UNTUK KEUNTUNGAN DUNIA !!
Tips mencapai keikhlasan :
1. Mengenal tauhid (asma wa sifat)
Ingatlah bahwa tidak ada yang mampu memberi manfaat kecuali Allah. Maka buat apa kita beramal untuk dilihat atau dipuji dia/mereka? Ia tak memberi manfaat sedikitpun pada kita. Hanya Allah ! Mereka pun tak memberi ancaman buat kita, kecuali dengan izin Allah
2. Mengenal siksa Allah di alam kubur dan api neraka
Sesuai dengan hadits yang telah penulis cantumkan diatas. Diantaranya ancaman bagi para penuntut ilmu yang tidak ikhlas karena Allah.
3. Mengenal pahala yang Allah berikan bagi para mukhlisin
Salah satu contohnya dalam hadits ”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Mengingat bahwa amalan tanpa niat yang ikhlas bernilai 0 (NOL) disisi Allah
5. Mengenal kerendahan dunia
Sebagaimana sabda nabi mengenai kecilnya dunia yang tidak memiliki nilai jika dibanding akhirat “Demi Allah, tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti jari salah seorang dari kalian yang dicelup -Yahya berisyarat dengan jari telunjuk- di lautan, maka perhatikanlah apa yang dibawa.” (HR. Muslim no. 2858). Dunia ini begitu kecil dan singkat, maka jangan kita tertipu dengannya.
6. Banyak berdo’a
Sesuai sabda nabi “Sesungguhnya hati-hati anak Adam berada di antara dua jari-jari Alloh layaknya satu hati, Dia mengubah menurut kehendak-Nya.” (HR. Muslim). Maka kita memohon kepada Allah agar dimudahkan untuk mampu tunduk dan patuh pada perintah Allah termasuk ikhlas, dengan doa yang telah diajarkan nabi :
“ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ “
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Doa ketika dipuji :
للَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْنَ، وَاغْفِرْلِيْ مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَاجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ
Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan (HR Bukhori)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Do’a adalah sebab terkuat bagi seseorang agar bisa selamat dari hal yang tidak ia sukai dan sebab utama meraih hal yang diinginkan.” (Al Jawabul Kaafi, 21)
7. Punya ketakutan mati dalam keadaan su’ul khatimah *penulis lupa mencatat penjelasan dan dalil dari sang ustadz
8. Berteman dengan orang-orang yang ikhlas
Buah keikhlasan :
- Salah satu sebab pertolongan Allah
Dari Mush’ab bin Sa’ad, beliau berkata bahwa Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu memandang dirinya memiliki keutamaan di atas yang lainnya (dari para sahabat). Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukankah kalian ditolong (dimenangkan) dan diberi rezeki melainkan dengan sebab orang-orang yang lemah di antara kalian?” (HR Bukhori)
Orang-orang yang lemah, miskin, lapar, dan lain-lain ketika berdoa mereka ikhlas. Karena mereka benar-benar butuh. Mereka merendah pada Allah. Dan begitulah sahabat. Allah memberi mereka kemenangan dan kemuliaan disebabkan taqwa dan keikhlasan mereka
2. Keselamatan dari azab kubur
Allah berfirman dalam surat Al Insaan ayat 8-11 : (8) Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (9) Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.(10) Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (11) Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati
3. Diselamatkan dari kesesatan syubhat dan syahwat
Ingatlah ketika Nabi Yusuf diajak oleh seorang wanita berbuat kekejian namun Allah menjaganya. Sesuai firmanNya (yang artinya), “Demikianlah, Kami palingkan darinya (Yusuf) keburukan dan perbuatan keji, sesungguhnya dia termasuk kalangan hamba pilihan Kami (yang ikhlas).” (QS. Yusuf: 24)
4. Ditambah hidayahnya oleh Allah
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS Al Kahfi: 13)
Sebagaimana pada tafsir ibnu katsir mengenai para pemuda yang khawatir terpengaruhnya aqidah mereka dengan aqidah menyimpang masyarakat sekitarnya. Mereka mengasingkan diri ke sebuah gua ikhlas karena Allah
5. Allah jadikan malaikat di langit mencintainya
Sesungguhnya Allah mencintai mukhlisin (orang-orang yang ikhlas). Dan apabila Allah telah mencintainya, maka Allah perintahkan penduduk langit untuk mencintainya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Kalau Allah mencintai seorang hamba, Jibril menyeru ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka penduduk langit mencintainya. Kemudian ditaruh baginya penerimaan di bumi.” (HR Tirmidzi dishahihkan Syaikh Al Albani)
6. Diberikan jalan keluar oleh Allah atas permasalahannya di dunia
Ingatlah sebuah kisah israiliyat (kisah bani israil sebelum datang zaman rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengenai 3 orang yang terjebak dalam gua. Kemudian mereka berdoa dan bertawasul (menggunakan perantara –dalam hal ini syar’i-) amalan masing-masing dari mereka. Salah satu diantara mereka lebih memilih memuliakan kedua orang tuanya terlebih dahulu sebelum anak-anaknya. Lalu ia tutup doanya seraya berkata “Maka kalau Engkau tahu, aku melakukan hal itu karena mengharapkan wajah-Mu, bukakanlah satu celah untuk kami dari batu ini agar kami melihat langi”. Maka terbukalah satu celah dari gua tersebut[HR. Al-Bukhari (no.2272, 3465)]
7. Sebab diijabahnya doa (penjelasan poin 6.)
8. Meninggal dalam keadaan khusnul khatimah
Ucapan emas perkara keikhlasan
- Seorang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikan sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya
- Ikhlaskan niatmu maka sedikitnya amal cukup bagimu
- Betapa banyak amalan remeh namun besar disisi Allah karena niat yang benar. dan betapa kecil disisi Allah suatu amalan yang besar dikarenakan niat yang salah
- Barangsiapa yang melihat dirinya telah ikhlas, maka keikhlasannya butuh keikhlasan yang lebih
Wallahu a’lam bish shawab
Semoga kita diberi kemudahan dalam menjaga keihklasan baik sebelum, ketika beramal, dan sesudah hingga ajal menjemput. Aamiin